Kamis, 16 Mei 2013

Tugas Laporan dan Usulan karya Ilmiah

Tugas Laporan dan Usulan karya Ilmiah

1. Laporan

Pengertian laporan adalah bentuk penyajian fakta tentang suatu keadaan atau suatu kegiatan, pada dasarnya fakta yang disajikan itu berkenaan dengan tanggung jawab yang ditugaskan kepada si pelapor. Fakta yang disajikan merupakan bahan atau keterangan berdasarkan keadaan objektif yang dialami sendiri oleh si pelapor (dilihat, didengar, atau dirasakan sendiri) ketika si pelapor melakukan suatu kegiatan.
 
A. Laporan Formal
Laporan formal terdiri dari:
1. Bagian Pendahuluan
Bagian pendahuluan terdiri dari:
a. Halaman judul: judul, maksud dan tujuan penulisan identitas penulis, instansi asal, kota penyusunan, tahun.
b. Halaman pengesahan (jika perlu)
c. Halaman motto/ semboyan (jika perlu)
d. Halaman persembahan (jika perlu)
e. Kata pengantar
f. Daftar isi
g. Daftar tabel (jika ada)
h. Daftar gambar (jika ada)
i. Daftar grafik (jika ada)
j. Abstrak (berisi uraian singkat mengenai isi laporan)
2. Bagian Isi
Uraian singkat tentang bagian ini:
a. Bab I: Pendahuluan
1) Latar belakang
2) Identifikasi masalah
3) Pembatasan masalah/ ruang lingkup penelitian
4) Rumusan masalah
5) Tujuan dan manfaat
b. Bab II: Kajian pustaka
c. Bab III: Metode penelitian
d. Bab IV: Pembahasan
e. Bab V: Penutup
3. Bagian Penutup
a. Daftar pustaka
b. Daftar lampiran
c. Indeks atau daftar istilah
B. Laporan Informal
1. Laporan kunjungan, berisi:
a. Judul laporan
b. Tujuan
c. Waktu pelaksanaan
d. Hasil yang diperoleh
2. Laporan percobaan, berisi:
a. Judul percobaan
b. Pelaksanaan (waktu dan tempat)
c. Urusan kerja
d. Data yang diperoleh
e. Kesimpulan
3. Laporan diskusi, berisi:
a. Topik
b. Moderator
c. Penyaji
d. Jumlah peserta
e. Masalah yang dibicarakan
f. Pemecahan masalah
g. Kesimpulan

2. Usulan Karya Tulis Ilmiah

1. Jenis-Jenis Karya Ilmiah

a. Makalah
Makalah adalah Tulisan resmi tentang suatu pokok yang dimaksudkan untuk dibacakan di muka umum di  suatu persidangan dan yang sering disusun untuk diterbitkan.

b. Tesis
Tesis adalah jenis karya ilmiah yang bobot ilmiahnya lebih dalam dan tajam dibandingkan skripsi. Ditulis untuk menyelesaikan pendidikan pascasarjana. Dalam penulisannya dituntut kemampuan dalam menggunakan istilah tehnis; dari istilah sampai tabel, dari abstrak sampai bibliografi. Artinya, kemampuan mandiri —sekalipun dipandu dosen pembimbing— menjadi hal sangat mendasar. Sekalipun pada dasarnya sama dengan skripsi, tesis lebih dalam, tajam, dan dilakukan mandiri.

c. Skripsi
Skripsi adalah karya tulis (ilmiah) mahasiswa untuk melengkapi syarat mendapatkan gelar sarjana (S1). Skripsi ditulis berdasarkan pendapat (teori) orang lain. Pendapat tersebut didukung data dan fakta empiris-objektif, baik berdasarkan penelitian langsung; observasi lapanagn atau penelitian di laboratorium, atau studi kepustakaan. Skripsi menuntut kecermatan metodologis hingga menggaransi ke arah sumbangan material berupa penemuan baru.

2.Tentukan topik Penelitian

Judul PI : ANALISIS PENGARUH KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PELAYANAN TOKO ROTI  SHANIA BAKERY
alasan : ingin mengetahui seberapa besar pengaruh kepuasan konsumen terhadap pelayanan yang telah diberikan oleh toko roti shania bakery

narasumber 
1. http://faizul-myblog.blogspot.com/2012/05/pengertian-laporan.html
2. http://belajarbahasa-bahasaindonesia.blogspot.com/2012/05/laporan-formal-dan-informal.html
3. http://ryhanti.blogspot.com/2013/05/pengertian-laporan-serta-usulan-karya.html

Minggu, 21 April 2013

Pengertian dan Ciri-Ciri Hakikat Karangan Ilmiah dan Tahapan Penulisan Ilmiah



1  Pengertian  dan Ciri-Ciri Hakikat Karangan Ilmiah
“Karangan ilmiah merupakan suatu karangan atau tulisan yang diperoleh sesuai dengan sifat keilmuannya dan didasari oleh hasil pengamatan, peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isisnya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya/ keilmiahannya.”—Eko Susilo, M. 1995:11
Tujuan dari pembuatan karangan ilmiah, antara lain :
  • Memberi penjelasan
  • Memberi komentar atau penilaian
  • Memberi saran
  • Menyampaikan sanggahan
  • Membuktikan hipotesa
Ciri-Ciri Karya Ilmiah

1. Struktur Sajian
Struktur sajian karya ilmiah sangat ketat, biasanya terdiri dari bagian awal (pendahuluan), bagian inti (pokok pembahasan), dan bagian penutup. Bagian awal merupakan pengantar ke bagian inti, sedangkan inti merupakan sajian gagasan pokok yang ingin disampaikan yang dapat terdiri dari beberapa bab atau subtopik. Bagian penutup merupakan kesimpulan pokok pembahasan serta rekomendasi penulis tentang tindak lanjut gagasan tersebut.

2. Komponen dan Substansi
Komponen karya ilmiah bervariasi sesuai dengan jenisnya, namun semua karya ilmiah mengandung pendahuluan, bagian inti, penutup, dan daftar pustaka. Artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal mempersyaratkan adanya abstrak.

3. Sikap Penulis
Sikap penulis dalam karya ilmiah adalah objektif, yang disampaikan dengan menggunakan gaya bahasa impersonal, dengan banyak menggunakan bentuk pasif, tanpa menggunakan kata ganti orang pertama atau kedua.

4. Penggunaan Bahasa
Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah adalah bahasa baku yang tercermin dari pilihan kata / istilah, dan kalimat-kalimat yang efektif dengan struktur

2.     Tahapan Penulisan Ilmiah
1.       COVER : Halaman judul penulisan ilmiah da disertakan identitas penulis
2.      DAFTAR ISI : Kumpulan isi-isi dari penulisan ilmiah

LEMBAR PENGESAHAN : terdiri dari nama penulis dan sumpah atas apa yang dia buat dengan sendiri ataupun tidak plagiat, surat pengesahan dari dosen pembimbing PI, dosen Penguji sidang, dan Ketua Jurusan Fakultasnya

BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang Masalah
Dengan semakin besar dan marak sistem operasi platform android sekarang ini, penulis mencoba memberikan perhatian untuk lebih dapat memahami dan memaksimalkan kemajuan platform android ini.(dan seterusnya sampai ke pokok permasalahan)
1.2    Rumusan Masalah dan Batasan Masalah
Rumusan Masalah adalah pertanyaan dari penelitian terhadap objek yg di teliti.
Batasan masalah dari penulisan ini adalah jawaban dari penelitian yang terdapat dirumusan masala
1.3    Tujuan Penelitian
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk membuat aplikasi rumus grammar(terdiri dari  tujuan dari penulis yang ada di penulisan ilmiah ini)
1.4    Manfaat Penelitian
1.      Manfaat Akademis : Penulisan dapat dijadikan bahan referensi bagi mahasiswa yang lain yng ingin melakukan penelitian sejenis.
2.      Manfaat Praktis : memberikan masukan kepada objek yg di teliti
1.5    Terdiri dari metode-metode penelitian yang dilakukan penulis untuk menyelesaikan penulisan     ilmiahnya
BAB II
LANDASAN TEORI
Setelah masalah penelitian dirumuskan, maka langkah kedua dalam proses penelitian (kuantitatif) adalah mencari teori-teori, konsep-konsep, generalisasi-generelisasi hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk pelaksanaan penelitian (menceritakan sejarah dan pembuatan aplikasi serta keggunaan aplikasi yang digunakan.

2.1 Kerangka Teori
Bagian ini berisikan berbagai pengertian dan pemahaman mengenai teori yang benar-benar relevan dengan topik dan variabel.

2.2 Kajian Penelitian Sejenis
Bagian ini berisikan kajian peneliti terhadap hasil-hasil penelitian sejenis atau penelitian yang memiliki kesamaan topik atau variabel dengan topik atau variabel yang sedang dan akan diteliti oleh peneliti.

2.3 Alat Analisis
Bagian berisi penjelasan rinci (rumus, formulasi, langkah-langkah perhitungan, dsb). Mengenai berbagai alat analisis deskriptif dan kuantitatif yang akan digunakan dalam analisis masalah/pembahasan.
    
BAB III
METODE PENELITIAN
Sebagian isi yang diambil dari BAB 1 PENDAHULUAN yang di uraikan kembali

           3.1 Objek Penelitian
                 Menjelaskan ‘profil singkat’ seperti nama, tempat, dan atribut lain dari objek yang akan diteliti.

           3.2  Data/Variabel
                 Menjelaskan data atau variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Dalam bagian ini  
             Dapat dijelaskan nama variabel, jenis variabel, sampai dengan simbol/notasi variabel yang akan        
            digunakan.


          3.3 Metode Pengumpulan Data/Variabel   
    Menjelaskan cara-cara ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan data/variabel yang telah  
                disebutkan di bagian sebelumnya.


          3.4 Hipotesis
                Bagian ini menjadi optionel, disesuaikan dengan tujuan, jenis penelitian, serta kemampuan masing-
             masing peneliti. Berisikan pernyataan (tentu saja relevan dengan rumusan dan tujuan penelitian) yang
             akan dibuktikan kebenarannya.


           3.5 Alat Analisis Yang Digunakan
                 Berisikan metode kualitatif dan kuantitatif yang akan digunakan peneliti dalam pembahasan dan  
                 dalam rangka mencapai tujuan penelitian yang telah diterapkan.

  
BAB IV
PEMBAHASAN
Isi dari penulisan ilmiah terhadap objek yang di teliti oleh penulis atau peneliti untuk di jadikan sebuah berita yang akurat.

4.1 Data dan Profile Objek Penelitian
Bagian berisikan data dan profile singkat objek penelitian.

4.2 Hasil Penelitian dan Analisis/Pembahasan
Dalam bagian ini, peneliti mulai menyajikan data dan hasil penelitian dan mulai menganalisis secara deskriptif (dengan tabel, grafik, flow, dan sejenisnya) serta mengkombinasikannya dengan analisis kuantitatif yang telah disebutkan dibagian sub-bab 1.5.5.

4.3 Rangkuman Hasil Penelitian
Berbeda dengan kesimpulan, bagian ini berisi rangkuman hasil penelitian, yang umumnya dapat disajikan dalam tabel ringkasan hasil. 
 
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
penulis memberikan kesimpulan dari apa yang dia buat
Saran
penulis memberikan saran apa yang telah di buat penulisan ilmiah

5.1 Kesimpulan
                  Bagian ini berisikan kesimpulan dari hasil penelitian peneliti, yang pada prinsipnya merupakan  
                  jawaban dari pertanyaan penelitian yang ada.


           5.2 Saran 
                Isi yang ada pada bagian ini harus diprioritaskan pada saran terhadap butir-butir kesimpulan yang 
                ada.


           5.3 Keterbatasan Penelitian (optional)
              Untuk beberapa kasus materi penelitian, bagian ini dapat digunakan untuk menyampaikan  berbagai
              keterbatasan yang ada dalam penelitian.

 
Lampiran
terdiri dari Lampiran listing-listing program dan lampiran gambar-gambar program aplikasi yang di bentuk
Daftar Pustaka
terdiri dari sumber-sumber pengetahuan yang dibuat di penulisan ilmiah

Sabtu, 16 Maret 2013

Bahasa Indonesia 2



Penalaran

Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empiric) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian.berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan berbentuk proposisi-proposisi yang sejenis,berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar,orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui.proses inilah yang disebut menalar.

Ada dua metode dalam penalaran,yaitu deduktif dan induktif.
Penalaran Deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk      seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
Contoh :
-Laptop adalah barang elektronik dan membutuhkan daya listrik untuk beroperasi
-DVD Player adalah barang elektronik dan membutuhkan daya listrik untuk beroperasi
Penalaran induktif adalah penalaran yang memberlakukan atribut-atribut khusus untuk hal-hal yang bersifat umum (Smart,1972:64). Penalaran ini lebih banyak berpijak pada observasi inderawi atau empiri. Dengan kata lain penalaran induktif adalah proses penarikan kesimpulan dari kasus-kasus yang bersifat individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum.(Suriasumantri, 1985:46). Inilah alasan eratnya kaitan antara logika induktif dengan istilah generalisasi.



Edukasi 
Edukasi adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat 

Contoh : 
Seorang anak balita memperoleh mobil-mobilan dari ayahnya. Lalu ia mencoba memainkan ini dengan cara memutar kuncinya dan meletakannya pada suatu permukaan atau dataran. Perilaku “memutar” dan “meletakan” tersebut merupakan respon atau reaksi atas rangsangan yang timbul pada mainan itu.

Pada tahap permulaan, respon anak terhadap stimulus yang ada pada mainan tadi biasanya tidak tepat atau setidak-tidaknya tidak teratur. Namun, berkat latihan dan pengalaman berulang-ulang lambat laun ia menguasai dan akhirnya dapat memainkan mobil-mobilan dengan baik dan sempurna.

Sehubungan dengan contoh itu belajar dapat dipahami sebagai proses yang dengan proses itu sebuah tingkah laku ditimbulkan atau diperbaiki serentetan reaksi atas situasi atau rangsangan yang ada.

Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar adalah serangkaian jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahantingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, efektif, dan psikomotor. 

Induksi
Definisi induksi. Induksi yaitu suatu metode yang menyimpulkan pernyataan-pernyataan hasil observasi disimpulkan dalam suatu pernyataan yang lebih umum. Dan menurut suatu pandangan yang luas diterima, ilmu-ilmu empiris ditandai oleh metode induktif, suatu interfensi bias disebut induktif bila bertolak dari pernyataan-pernyataan tunggal, seperti gambaran mengenai hasil pengamatan dan penelitian orang sampai pada pernyataan-pernyataan universal. metode pemikiran yg bertolak dr kaidah (hal-hal atau peristiwa) khusus untuk menentukan hukum (kaidah) yg umum; penarikan kesimpulan berdasarkan keadaan yg khusus untuk diperlakukan secara umum; penentuan kaidah umum berdasarkan kaidah khusus. 





Contoh induksi
Mungkin anda pernah mendengar tentang peristiwa perampokan mobil yang menimpa ronaldo, bintang sepakbola asal brasil, dua tahun silam. Dasar nasibnya sedang apes, saat mengendarai BMW X-5 di Rio Janairo, ia dihadang tiga perampok bersenjata. Mobil kesayangannya pun dibawa kabur perampok. Untunglah pemain asal internasional Milan, klubnya saat itu cepat bertindak. Dengan menumpang kendaraan yang lewat ia segera menuju kantor polisi. Hanya dalam hitungan jam, mobilnya sudah ditemukan kembali di pinggir kota Rio. Jangan salah! Ronaldo tidak memakai jasa paranormal. Kebetulan mobilnya dilengkapi Automatic Verhicle Location (AVL), sistem pemantau lokasi kendaraan yang terhubung dengan satelit Global Positioning Sistem (GPS). Posisi mobil selalu dapat di ketahui dari peta digital yang terpasang di mobil atau operator pemantaunya. (Intisari, juni 2003)

Gagasan utama paragraf terdapat di akhir (Induksi), yaitu kebetulan mobilnya dilengkapi Automatic Verhicle Location (AVL), sistem pemantau lokasi kendaraan yang terhubung dengan satelit Global Positioning Sistem (GPS). Posisi mobil selalu diketahui dari peta digital yang terpasang di mobil atau operator pemantaunya.





Senin, 14 Januari 2013

Karakteristik dari Konsumen Indonesia (pada umumnya) dan Faktor yang Paling Mempengaruhi Perilaku Konsumen Indonesia

10 karakter antara lain



1.    Berpikir jangka pendek (short term perspective), ternyata sebagian besar konsumen    
       Indonesia hanya berpikir jangka pendek dan sulit untuk diajak berpikir jangka panjang,
       salah satu cirinya adalah dengan mencari yang serba instant.

2.    Tidak terencana (dominated by unplanned behavior). Hal ini tercermin pada kebiasaan    
       impulse buying, yaitu membeli produk yang kelihatannya menarik (tanpa perencanaan    
       sebelumnya).

3.    Suka berkumpul. Masyarakat Indonesia mempunyai kebiasaan suka berkumpul  
       (sosialisasi). Salah satu indikator terkini adalah situs social networking seperti Facebook
       dan Twitter sangat diminati dan digunakan secara luas di Indonesia.

4.   Gagap teknologi (not adaptive to high technology). Sebagian besar konsumen Indonesia
       tidak begitu menguasai teknologi tinggi. Hanya sebatas pengguna biasa dan hanya
      menggunakan fitur yang umum digunakan kebanyakan pengguna lain.

5.    Berorientasi pada konteks (context, not content oriented). Konsumen kita cenderung
       menilai dan memilih sesuatu dari tampilan luarnya. Dengan begitu,konteks-konteks yang
       meliputi suatu hal justru lebih menarik ketimbang hal itu sendiri.

6.    Suka buatan Luar Negeri (receptive to COO effect). Sebagian konsumen Indonesia juga
       lebih menyukai produk luar negeri daripada produk dalam negeri, karna bias dibilang
       kualitasnya juga lebih bagus dibanding produk di indonesia.

7.    Beragama(religious). Konsumen Indonesia sangat peduli terhadap isu agama. Inilah salah  
       satu karakter khas konsumen Indonesia yang percaya pada ajaran agamanya. Konsumen  
       akan lebih percaya jika perkataan itu dikemukakan oleh seorang tokoh agama, ulama  
       atau pendeta. Konsumen juga suka dengan produk yang mengusung simbol-simbol
       agama.

8.    Gengsi (putting prestige as important motive). Konsumen Indonesia amat getol dengan     
       gengsi. Banyak yang ingin cepat naik “status” walau belum waktunya. Saking  
       pentingnya urusan gengsi ini, mobil-mobil mewah pun tetap laristerjual di negeri kita
       pada saat krisis ekonomi sekalipun. Menurut Handi Irawan D, ada tiga budaya yang  
       menyebabkangengsi. Konsumen Indonesia suka bersosialisasi sehingga mendorong
       orang untuk pamer. Budaya feodal yang masihmelekat sehingga menciptakan kelas-kelas
       sosial dan akhirnya terjadi “pemberontakan” untuk cepat naik kelas. Masyarakat kita
       mengukur kesuksesan dengan materi dan jabatan sehingga mendorong untuk saling
       pamer.

9.    Budaya lokal (strong in subculture). Sekalipun konsumen Indonesia gengsi dan
       menyukai produk luar negeri, namun unsur fanatisme kedaerahan-nya ternyata cukup  
       tinggi. Ini bukan berarti bertentangan dengan hukum perilaku yang lain.

10.  Kurang peduli lingkungan (low consciousness towards environment). Salah satu karakter
       konsumen Indonesia yang unik adalah kekurang pedulian mereka terhadap isu
       lingkungan. Tetapi jika melihat prospek kedepan kepedulian konsumen terhadap  
       lingkungan akan semakin meningkat, terutama mereka yang  tinggal di perkotaan begitu
       pula dengan kalangan menengah atas relatif lebih mudah paham dengan isu lingkungan.
       Lagi pula mereka pun memiliki daya beli terhadap harga premium sehingga akan lebih
       mudah memasarkan produk dengan tema ramah lingkungan terhadap mereka.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku 

Sikap konsumen akan mempengaruhi pilihannya dalam membeli, dimana seseorang mempunyai sikap terhadap segala sesuatu, misalnya : agama, politik, pakaian, makanan, dan lain-lain. Sikap menempatkan seseorang dalam kerangka berpikir, menyukai atau tidak menyukai, menghampiri atau menjual.
Menurut Azwar (1988:24) ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap yaitu : pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama serta faktor emosi dalam diri individu. Hal tersebut menunjukkan bahwa sikap konsumen bisa diubah. Dua cara lain yang bisa dilakukan pemasar untuk mempengaruhi seseorang untuk membeli produk atau merek yaitu : menyesuaikan atribut-atribut produknya dengan sikap konsumen yang telah ada, atau dengan mengubah sikap konsumen. Pilihan manapun dilakukan tentunya didasarkan pada biaya yang dikeluarkan untuk setiap alternatif.
Menurut Krech dan Crutch field (1984:152), sikap adalah suatu organisasi yang abadi tentang motivasi, emosi, persepsi, dan proses kognitif mengenai beberapa aspek lingkungannya.
Menurut Fishbein & Aizein (1975:6), sikap merupakan suatu kecenderungan yang terpelajari dalam memberikan respon menguntungkan atau tidak menguntungkan secara konsisten mengenai obyek tertentu. Sedangkan menurut Loudon dan Bitta (1993:423), sikap merupakan penilaian positif atau negatif, menyenangkan atau tidak menyenangkan, setuju atau tidak setuju dari perasaan seseorang terhadap suatu obyek. Namun selanjutnya
Menurut Fishbein (1993:422) menyatakan bahwa lebih dari 100 definisi tentang sikap, dengan demikian maka belum ada kesepakatan yang baru tentang definisi sikap.
Kotler & Amstrong (2001:196)



Selasa, 13 November 2012

CONSUMER INNOVATIVENESS


Defining Customer Innovation

I often get asked what I mean when I use the phrase "Customer Innovation". Here's my explanation:
Customer innovation incorporates a number of emerging concepts and practices that help organisations address the challenge of growth in the age of the empowered and active customer (both business and consumer). It demands new approaches to innovation and strategy-making that emphasise rapid capability development, fast learning, ongoing experimentation and greater levels of collaboration in value-creation. Customer innovation impacts upon all the following activities, functions and disciplines: 
Marketing strategy and management
Brand strategy and management
Communications strategy
Customer experience design and delivery
Customer relationship management
Customer service design and quality management
Market-sensing and customer learning
Market and customer segmentation
Creativity and knowledge management including market research
Partner and customer collaboration
Organisational alignment and purpose (values, behaviour and beliefs)
Innovation strategy and management
Innovation valuation, measurement and prioritisation
Strategy-making
For me customer innovation is not only an important perspective on value-creation but a whole new strategy discipline that organisations must embrace if they are to pursue growth successfully in the future. Put another way, customer innovation impacts the fundamental means by which value is created and growth sustained.
One of the difficulties I encounter when explaining the concept is that the "Innovation" word is traditionally associated with products and technology. There is a section in The Only Sustainable Edge by Hagel and Seely Brown that eloquently defines Innovation from a much broader organisational and strategic perspective:
We underscore the importance of innovation but we use the term more broadly than do most executives. Executives usually think in terms of product innovation as in generating the next wave of products that will strengthen market position. But product-related change is only one part of the innovation challenge. Innovation must involve capabilities; while it can occur at the product and service level, it can also involve process innovation and even business model innovation, such as uniquely recombining resources, practices and processes to generate new revenue streams. For example, Wal-Mart reinvented the retail business model by deploying a big-box retail format using a sophisticated logistics network so that it could deliver goods to rural areas at lower prices.
Innovation can also vary in scope, ranging from reactive improvements to more fundamental breakthroughs... One of the biggest challenges executives face is to know when and how to leap in capability innovation and when to move rapidly along a more incremental path. Innovation, as we broadly construe it, will reshape the very nature of the firm and relationships across firms, leading to a very different business landscape.
Although Hagel and Seely Brown's book provides a great analysis of capability-building and new innovation mechanisms at the edge of organisations (through new dynamic forms of firm-firm collaboration) and specialisation, their discussion largely omits the customer-firm colloboration, open innovation perspective. But, from Hagel's most recent post and article in the Mckinsey Quarterly, this seems like it could be the subject of their next book! Here is a quote from the article:
Cocreation is a powerful engine for innovation: instead of limiting it to what companies can devise within their own borders, pull systems throw the process open to many diverse participants, whose input can take product and service offerings in unexpected directions that serve a much broader range of needs. Instant-messaging networks, for instance, were initially marketed to teens as a way to communicate more rapidly, but financial traders, among many other people, now use them to gain an edge in rapidly moving financial markets.

Example for consumer innovativenss
For example, based on this research, Tellis, who has experience launching new products via his past service as a sales development manager at Johnson & Johnson, recommended that businesses employ a “waterfall strategy” (i.e., a country-to-country tiered release) versus a “sprinkler strategy” (all at one time) for new products, making sure to vary their approach depending on the country and product category.

Governments can apply this research when introducing new products, such as fuel-efficient cars, and services to their citizens. “This study tells them whom to target first in which regions,” Tellis said.

Management consultant firm A. T. Kearney funded the study’s data collection, while Don Murray, executive chairman of Resources Global Professionals, provided the annual grant to the USC Marshall Center for Global Innovation, which paid for the data analysis.





Compulsive Consumption Consumer


O'Guinn & Faber (1989:148) defined compulsive consumption as “a response to an uncontrollable drive or desire to obtain, use or experience a feeling, substance or activity that leads an individual to repetitively engage in a behaviour that will ultimately cause harm to the individual and/or others.” Research has been carried out to provide a phenomenological description to determine whether compulsive buying is a part of compulsive consumption or not. The conclusion reached after analysing both qualitative and quantitative data stated that compulsive buying resembles many other compulsive consumption behaviours like compulsive gambling, kleptomania and eating disorders (O' Guinn & Faber, 1989:147). Hassay & Smith (1996) hold a similar view and refer to compulsive buying as a form of compulsive consumption as well. Besides personality traits, motivational factors also play a significant role in determining the similarities between compulsive buyers and normal consumers. According to O'Guinn & Faber (1989:150), if compulsive buying is similar to other compulsive behaviours it should be motivated by “alleviation of anxiety or tension through changes in arousal level or enhanced self-esteem, rather than the desire for material acquisition.” Hassay & Smith (1996) also agree with the above inference and concluded from their research that “compulsive buying is motivated by acquisition rather than accumulation.” 

Example Compulsive Consumption Consumer

Examples include uncontrollable shopping, gambling, drug addition, alcoholism and various food and eating disorders. It is distinctively different from impulsive buying which is a temporary phase and centers on a specific product at a particular moment. In contrast compulsive buying is enduring behaviour that centers on the process of buying, not the purchases themselves.
  



Consumer Ethnocentrism

is derived from the more general psychological concept of  ethnocentrism.

Basically, ethnocentric individuals tend to view their group as superior to others. As such, they view other groups from the perspective of their own, and reject those that are different and accept those that are similar (Netemeyer et al., 1991; Shimp & Sharma, 1987). This, in turn, derives from earlier sociological theories of in-groups and out-groups (Shimp & Sharma, 1987). Ethnocentrism, it is consistently found, is normal for an in-group to an out-group (Jones, 1997; Ryan & Bogart, 1997).
Consumer ethnocentrism specifically refers to ethnocentric views held by consumer in one country, the in-group, towards products from another country, the out-group (Shimp & Sharma, 1987). Consumers may believe that it is not appropriate, and possibly even immoral, to buy products from other countries.

Purchasing foreign products may be viewed as improper because it costs domestic jobs and hurts the economy. The purchase of foreign products may even be seen as simply unpatriotic (Klein, 2002; Netemeyer et al., 1991; Sharma, Shimp, & Shin, 1995; Shimp & Sharma, 1987).

Example for consumer ethnocentrism

For example, according to Burton (2002) and Quellet (2007), consumers are concerned with their cultural, national and ethnic identities increasingly in more interconnected world. Some consumer researches determined that people make their purchasing decisions on information cues. Information cues can be intrinsic (e.g., product design) and extrinsic (e.g.,brand name, price)(Olson, 1977; Jacoby ,1972). But extrinsic cues are likely to be used in the absence of intrinsic cues or when their assessment is not possible(Jacoby, Olson and Haddock, 1971 ; Olson, 1977; Jacoby, 1972 ; Jacoby, Szybillo and Busato-Schach, 1977 ; Gerstner, 1985).

Also, according to some researches, it was thought that there is a relationship between attitudes toward foreign retailers’ products and some demographics characteristics such as gender, education, income and age.
When doing this research, it was aimed at determining consumer attitudes towards foreign retailers’ products. The research starts with a literature review which includes international retailing in Turkey, attitudes towards purchasing foreign retailers’ products (general review), effects of age and education level on attitudes, influence of consumer ethnocentrism on attitudes towards foreign retailers’ products respectively. Secondly, methodology part that has explanations about how this research was conducted, was presented. Then, findings which derived from questionnaire results and its SPSS analyses, are presented. At the last stage of the research, discussion, limitations and future researches are discussed.